Kopi luwak biasanya diperoleh dari feses luwak. Seiring pertambahan penduduk, permintaan kopi luwak juga meningkat. Kondisi tersebut mendorong produsen untuk melakukan budidaya luwak guna memproduksi kopi. Perburuan luwak alam untuk budidayapun dilakukan, dan mengancam kelestariannya. Biaya produksi kopi luwak budidaya juga mahal, mengingat di luar musim panen kopi, luwak tetap memerlukan biaya pakan.
Inovasi ini menawarkan kopi dengan citarasa kopi luwak berasal dari proses enzimatis di media tertentu, dan bukan dari feses luwak. Teknologi ini meningkatkan kualitas kopi dengan menurunkan kadar kafein dan meningkatkan kandungan asam organik yang bermanfaat bagi kesehatan dengan biaya relatif lebih ekonomis.
Traditionally the luwak coffee is collected from the civets feces in the wild, now civets are put into captivity. This poses threat to the sustainability of the civets in the wild, not to mention that it is still expensive to keep the civets off coffee-harvesting season.
This innovation offers coffee with luwak aroma without the civets, through enzymatic process in another media. It is lower in cafein, and high in organic acid, good for health in a more economic way.
Teknologi ini dapat dikembangkan pada industri skala rumah tangga dan menengah, karena menggunakan peralatan yang sederhana dan tidak memerlukan tenaga kerja dengan keahlian yang tinggi.