Bendungan PLTA Ternyata Meningkatkan Pemanasan Global

Bendungan PLTA Ternyata Meningkatkan Pemanasan Global

Bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air dalam jangka pendek memberikan kontribusi lebih besar terhadap pemanasan global daripada yang diperkirakan sebelumnya, demikian menurut sebuah penelitian yang dipublikasikan di BioScience, akhir 2016 lalu. 

Peningkatan besar-besaran dalam jumlah proyek pembangkit listrik tenaga air, baik yang ada saat ini maupun yang sedang dalam tahap perencanaan, diperkirakan akan melipatgandakan jumlah bendungan yang ada di dunia; dan hal ini justru akan memperparah masalah lingkungan global.

Penelitian tersebut menyatakan bahwa bendungan memancarkan sekitar satu miliar ton gas rumah kaca, atau sebesar 1,3 persen dari total emisi global tahunan. Dalam rentang waktu 100 tahun, bendungan menghasilkan lebih banyak metana dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh pertanian (khususnya tanaman padi) dan pembakaran biomassa.

"Kami memperkirakan bahwa metana yang dihasilkan oleh bendungan sebenarnya 25 persen lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya," demikian menurut Bridget Deemer, dari School of Environment of the Washington State University in Vancouver (Sekolah Lingkungan Hidup Washington State University di Vancouver), yang juga menjadi penulis utama dalam studi tersebut.

"Metana menetap di atmosfer dalam waktu sekitar satu dekade, sementara CO2 bertahan selama beberapa abad. Namun dalam waktu 20 tahun, kontribusi metana terhadap pemanasan global tiga kali lebih banyak dibandingkan kontribusi CO2. Inilah yang harus dipikirkan oleh para pembuat kebijakan," tambahnya.

Metana dihasilkan di dasar bendungan, tempat dimana kadar oksigen rendah, dan bakteri menguraikan bahan organik, seperti pohon dan rumput, baik yang memang ada di situ atau terbawa oleh saluran air. Sebagian dari metana berubah menjadi CO2; sisanya naik ke permukaan sebagai gelembung.

Setelah melakukan analisis terhadap lebih dari 250 bendungan (degan luasan lebih kurang seperempat dari total wilayah dunia yang berpenduduk) termasuk analisis terhadap emisi yang berasal dari gelembung, para peneliti menemukan bahwa bendungan juga menghasilkan lebih banyak metana daripada danau dan lahan basah.

Emily Stanley, seorang profesor ilmu liminologi dan kelautan di University of Wisconsin-Madison, mengatakan bahwa penelitian ini "sangat relevan" karena memberikan informasi terbaik tentang emisi gas rumah kaca yang berasal dari bendungan. Ini menunjukkan bahwa emisi metana yang tinggi tidak terkait dengan lokasi atau sejarah bendungan (seperti yang diungkapkan oleh peneliti lain), namun terkait dengan jumlah bahan organik yang ada dalam bendungan tersebut.

Menurut penelitian terbaru ini, alga yang berkembang biak di bendungan bagian hilir mengandung lebih banyak nutrisi seperti nitrogen atau fosfat, sehingga menghasilkan lebih banyak metana.

Deemer sangat antusias dengan peluang yang dimiliki oleh penelitian ini untuk merancang, mengalokasikan, dan mengoperasikan bendungan yang menghasilkan gas metana dalam jumlah yang lebih sedikit. 

Para peneliti juga telah menyarankan agar IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change = Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim) mempertimbangkan emisi metana ini pada rencana anggaran mereka selanjutnya. 

Dengan adanya temuan baru ini, nampaknya berbagai pihak yang terkait dengan masalah energi global perlu memikirkan kembali: seberapa hijau kah energi listrik yang dihasilkan oleh PLTA?

---

(sumber: SciDevNet | sumber gambar: Pixabay, Simply Science, & Post Star)

Comments (0)

There are no comments posted here yet

Leave your comments

Posting comment as a guest.
Attachments (0 / 3)
Share Your Location